Veronika : "...di dapur dan di kelas, sama-sama ok !
----- Original Message -----
From: Veronica Nusamara
To: Hr. Resmol
Sent: Thursday, October 04, 2007 1:44 PM
Subject: Meine Erfahrungen.............
Belajar “Deutsch “
Aku mengenal “Deutsch” (bahasa Jerman )sejak duduk di kelas III SLTA. Ketika sekolah aku sangat tertarik sekali dengan yang namanya “computer” bukanlah “Deutsch”. Untuk itulah aku mengikuti SPMB pada sebuah Universitas di Jakarta yaitu Tarumanegara jurusan Informatika. Karena pikirku di Ambon belum ada jurusan itu, jadi seandainya aku selesai berarti kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lebih besar dan cepat. Tes itu kulalui dalam waktu yang singkat hingga akhirnya aku pun lulus dan berhasil masuk menjadi mahasiswa Informatika Universitas Pattimura. Aku begitu tertarik dengan komputer karena, benda itu sangat membuat ku penasaran untuk mengoperasikannya. Seandainya bisa di beli dengan harga yang murah aku ingin membeli 1 unit komputer dan membongkar seluruh elemen-elemennnya hingga membuatku puas. Siapa tau aku bisa merangkaikannya kembali. Jika bisa, berarti aku bisa kaya karena merangkai benda yang lumayan mahal itu.....!
Semua yang aku impikan telah terjadi namun kenyataan berkata lain. Rencana studiku tidak didukung oleh papa dengan alasan utama adalah aku adalah seorang anak perempuan yang belum mampu hidup sendiri dan mandiri. Untung saja saat itu aku sempat mengikuti SPMB lagi di Universitas di Kotaku yaitu Universitas Pattimura dan jurusan adalah Bahasa Jerman “Deutsch”. Sepertinya kemana-mana aku selalu di hantui dengan bahasa asing, di Informatika masih ketemu dengan bahasa Inggris di Unpatti juga masih ketemu lagi dengan bahasa Jerman atau Deutsch. Walaupun memang Bahasa Inggris ku gak begitu jelek-jelek amat. Untuk menjadi “Guide” 1 jam boleh......dech!
Tapi kalau yang namanya bahasa Jerman.........lebih parah lagi. Gak ngerti sama sekali alias “otak kosong”. Di tambah lagi papa ku lebih senang kalau aku ambil aja Bahasa Inggris tapi pengurusannya ribet. Jadi aku ambil aja Deutsch......apapun yang terjadi. Meski harus bermusuhan sama papa......Dan terkadang aku berpikir itu hanya sebagai pelarian aja......dari pada tidak sama sekali. Selama lima tahun aku belajar dan Mengenal “Deutsch” yang dari awalnya begitu ku benci tapi akhirnya pun aku sangat bangga karna tidak ada yang dapat sepertiku “mampu berbahasa Inggris + Berbahasa Jerman” itu khan “amazing” namanya!!!! Kita masing menang 1 POINT karena punya 2 bahasa.....Walaupun harus melewati begitu banyak tantangan dan mendengar banyak cibiran orang tentang “Deutsch” aku berusaha lewati saja. Dan mimpiku pun akan menjadi nyata "Flight to Germany" Karena aku tahu “apa yang JESUS rencanakan itulah yang TerBAIK”.............
Setelah mimpiku hancur kerna tempat kuliah yang harus terpisah dari ORTu ,Memiliki banyak teman dan famili di kawasan Eropa adalah mimpiku yang kedua. Banyak cara telah ku coba, sejak bekerja di sebuah LSM di kotaku (karena di huni banyak Europanis, kemudian mencari kesempatan lewat intrnet hingga akhirnya aku menemukan “”””AuPair-Maedchen””””.
Awalnya kupikir semua akan nihil, tapi setelah aku lalui semua tahap, akhirnya tiba di tahap pembuatan paspor yang membuat ku percaya, dan yang lebih membuatku bertambah yakin lagi “aku di telpon langsung dari Jerman“ wow..............itu merupakan sesuat yang luar biasa. Aku yang berada di kawasan timur Indonesia bisa di telpon dari Kawasan Eropa...........luar biasa bukan................!!!!!!!!!
Setelah itu di tambah lagi dengan pembuatan visa serta email yang langsung aku dapat dari orang Jerman asli.... seakan-akan menggambarkan kita sudah pernah bertemu dan berkenalan. Padahal baru lewat email dan telepon. Tapi merasa bagaikan sudah menjadi anggota keluarga.
Menjadi Keluarga Jerman ..........Maulah!!!!!!!.........
Sambil menunggu visa, kita di perbiasakan dengan anak-anak lewat sebuah Kindergarten yang namanya adalah JERMANclub yang merupakan anak perusahaan PT. Fitzeman yang adalah agen yang mengatur kita smpai tiba di Jerman. Dan Sekaligus yang memantau kemampuan kita dalam beradaptasi. Jadi kita tidak sendiri. PT. Fitzeman juga memiliki sebuah Kindergarten, namanya FITZ-Kindergarten.
Di Kindergarten kita di perbiasakan dengan kebiasaan anak-anak dengan karakternya yang berbeda-beda. Dan disitu bagaimana kita belajar cara mengatasi karakter- karakter anak yang berbeda-beda itu. Dan yang lucunya lagi...........kita harus mengajar, menyanyi dengan gerak-gerak yang menarik dan ekspressi yang menarik juga jangan sampai mereka bosan terus menangis......kelasnya bakalan ribut..kalau semuanya pada nangis.........! makanya..........kita harus punya banyak akal, taktik, atau cara lah yang kreatif sehingga bisa menarik perhatian mereka............ Dan semua itu bisa kita pelajari di Kindergarten................Kindergarten manalagi kalau bukan ........JERMANclub....Ok......
PRAKTEK MASAK :
Stof-Kartoffeln jadi menu andalan Veronika. Lecker!!
Kegiatan Au-Pair yang padat di JERMANclub Bekasi tidak menjadi alasan para Au-Pair bebas dari rutinitas di dapur. Magang berlaku dalam segala hal. Kemampuan dapat memasak beberapa masakan tradisional Indonesia, juga merupakan jadwal yang harus dikerjakan. Gambar diatas adalah masakan asal Maluku, Stof-Kartoffeln. Waktu Praktek masak pertama kali, menu inilah yang menjadi pilihan utama. rasanya enak. Pinginnya sih minggu depan juga menu itu, sayang nggak boleh, karena setiap saat praktek masak tiba, menu yang harus dimasak selalu berfariasi. Setiap Au-Pair harus bisa mempersiapkan diri untuk memperkenalkan salah satu dari menu tradisional dan nasional sebagai alternatif dalam pengenalan aneka ragam masakan Indonesia dalam tata cara makan Internasional, yaitu sebagai Vorspeise (menu pembuka), Hauptgericht (menu utama) dan Nachtisch (menu penutup).
PRAKTEK MASAK :
Stof-Kartoffeln jadi menu andalan Veronika. Lecker!!
Kegiatan Au-Pair yang padat di JERMANclub Bekasi tidak menjadi alasan para Au-Pair bebas dari rutinitas di dapur. Magang berlaku dalam segala hal. Kemampuan dapat memasak beberapa masakan tradisional Indonesia, juga merupakan jadwal yang harus dikerjakan. Gambar diatas adalah masakan asal Maluku, Stof-Kartoffeln. Waktu Praktek masak pertama kali, menu inilah yang menjadi pilihan utama. rasanya enak. Pinginnya sih minggu depan juga menu itu, sayang nggak boleh, karena setiap saat praktek masak tiba, menu yang harus dimasak selalu berfariasi. Setiap Au-Pair harus bisa mempersiapkan diri untuk memperkenalkan salah satu dari menu tradisional dan nasional sebagai alternatif dalam pengenalan aneka ragam masakan Indonesia dalam tata cara makan Internasional, yaitu sebagai Vorspeise (menu pembuka), Hauptgericht (menu utama) dan Nachtisch (menu penutup).
http://www.trafficzap.com/exchange/index.php?rid=77452
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen